The Woman King: Review Film Pahlawan Wanita dari Afrika

The Woman King: Review Film Pahlawan Wanita dari Afrika

Di zaman modern, perjuangan wanita mungkin terasa lebih mudah karena sudah ditunjang oleh perkembangan zaman. Namun, lain halnya dengan Film The Woman King yang terjadi di abad ke 18 ketika semuanya masih tradisional.

Baca juga: Lagi Bosen? Berikut Ini Daftar Film Bulan Oktober 2022 yang Wajib Ditonton

Pada film tersebut, kamu akan merasakan bagaimana perjuangan para wanita dari Kerajaan Dahomey ini untuk melawan perbudakan, penjajahan, hingga trauma mereka masing-masing sebagai prajurit wanita.

Sinopsis The Woman King

Film yang tayang secara perdana di Festival Film Internasional Toronto 9 September 2022 lalu dan sekarang tayang di bioskop Indonesia sejak 5 Oktober 2022 ini menceritakan tentang Agojie, unit prajurit wanita yang melindungi Kerajaan Dahomey di Afrika Barat selama abad ke 17 hingga ke 19.

Latar kisah The Woman King terjadi pada tahun 1820-an ketika perdagangan budak dari Afrika kepada Eropa sedang marak-maraknya. Film ini menceritakan tentang Jenderal Nanisca yang diperankan Viola Davis sebagai pemimpin kelompok pejuang yang semua anggotanya perempuan dengan julukan Agojie. Para Agojie ini membebaskan para perempuan Dahomey yang diculik oleh para penjual budak dari Kekaisaran Oyo.

Baca juga: Review One Piece Film: Red: Anime Movie Bertajuk Musikal

Hal tersebut juga memprovokasi Raja Ghezo yang diperankan John Boyega dari Dahomey untuk mempersiapkan perang secara habis-habisan dengan Oyo. Sehingga Nanisca harus melatih para generasi baru prajurit yang bergabung dengan Agojie agar bisa melindungi kerajaan.

Para Aktor Kawakan yang Totalitas

Seperti yang kita tahu, Viola Davis yang merupakan pemeran utama Nanisca dan produser dari film ini merupakan pemenang Academy Awards. Sehingga tidak heran jika dia mampu menghidupkan cerita ini dengan epik. Davis mampu menyelami peran Nanisca dengan baik, bahkan di titik nuansa emosionalnya yang sangat mengesankan sebagai pemimpin Agojie. Mulai dari watak Nanisca yang tegas, protektif, defensif, hingga penuh cinta dan kerapuhan yang merupakan kelemahan Nanisca yang berusaha disembunyikan di hadapan para prajuritnya.

Nanisca sendiri sangat mencintai para wanita yang bergabung bersama Agojie selama peperangan yang dengan semangat juang mereka untuk merdeka dari para penjajah dan perbudakan serta trauma mereka masing-masing.

Davis mampu menggambarkan sosok pemimpin yang ingin membawa semangat juang kepada para saudara perempuan di wilayah tersebut meski memiliki latar belakang dan ide yang berbeda. Karena sejatinya mereka memiliki hak hidup yang setara. 

Baca juga: Review Film Mencuri Raden Saleh (2022): Aksi Pencurian yang Mendebarkan

Selain Viola Davis, ada juga aktris muda Thuso Mbedu yang memerankan tokoh Nawi, si ambisius dan sama kokohnya dengan sang jenderal. Nawi merupakan anak perempuan yang diserahkan ke kerajaan oleh ayahnya karena menolak dinikahkan dengan orang tua kaya.

Hubungan Nanisca dan Nawi awalnya sulit karena mereka sering bertengkar ketika Nawi bertanya tentang peraturan hingga desas-desus yang menyelimuti Agojie, termasuk ritual sihir tertentu.

Hingga Nawi akhirnya mendapatkan jawaban yang selalu terngiang di kepalanya, “Menjadi seorang pejuang tidak membutuhkan sihir dan ritual apapun. Namun, kemampuan dan semangat untuk terus maju.”

Meski awalnya Thuso Mbedu cukup kesulitan dalam mengimbangi Davis, tetapi dirinya mampu meresapi sisi emosional karakter Nawi hingga terlihat sangat natural.

Cerita yang Berbeda dari Sejarah Aslinya

Meski Agojie digambarkan sebagai pejuang yang ingin kemerdekaan dari perbudakan, sejujurnya Kerajaan Dahomey dalam catatan sejarah merupakan pemasok budak bagi Eropa. Namun, untuk nama tokoh-tokohnya sendiri sudah sesuai dengan catatan sejarah yang ada. 

Selain itu, pembentukan Agojie sendiri terjadi karena keterbatasan sumber daya manusia di Kerajaan Dahomey karena perbudakan besar-besaran oleh Eropa. Sehingga mau tidak mau mereka terpaksa melibatkan perempuan yang belum menikah untuk menjadi tentara bagi kerajaan tersebut.

Di samping sejarah dan filmnya yang cukup berbeda, tetapi perjalanan Agojie sendiri sebagai pejuang wanita di Kerajaan Dahomey telah tercatat sebagai pejuang hebat di catatan para penjelajah dunia sendiri. 

Nah, itulah sedikit review mengenai Film The Woman King. Buat kamu yang ingin belajar lebih juga seperti mereka, bisa loh mula hobi baru dengan belajar animasi. Sebagai kursus animasi online terbaik di Indonesia, Kelasanimasi.com menyediakan admin yang akan membimbing kamu mulai dari nol. Yuk, belajar animasi di Kelasanimasi.com!